Senja hari merupakan waktu yang dinanti-nantikan saya sekeluarga. Kenapa? Karena di sore harilah saya bisa berkumpul bersama suami dan anak-anak saya. Setelah bekerja seharian, moment bertemu dengan buah hati menjadi hal yang membahagiakan. Salah satu moment kebersamaan favorit kami adalah jalan-jalan sore (JJS).
Jalan-jalan tak perlu jauh dan menghabiskan banyak uang, yang penting kualitas kebersamaan dan mengenalkan anak-anak dengan lingkungan baru. Saat weekend, biasanya kami pergi ke tempat yang agak jauh atau ke luar kota, tapi kalo JJS alias jalan-jalan sore cukup yang dekat-dekat saja. Apalagi di dekat rumah banyak tempat menarik seperti Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Sambi Sari, Embung Tambakboyo di Condong Catur ataupun memberi makan Rusa di Candi Prambanan. Ohya, anak-anak saya suka lho liat candi, mungkin karena sudah terbiasa. Candi Kalasan hanya beberapa meter dari rumah saya.
|
Candi Sojiwan tampak dari kejauhan |
Jogja dan Klaten merupakan negri seribu candi kalau kata saya. Banyak
candi bertebaran di sekitar Jogja dan Klaten. Salah satu candi yang menjadi tujuan JJS kami hari Kamis yang lalu adalah
Candi Sojiwan.
Candi Sojiwan terletak di Desa Kebon Dalem, Kecamatan Prambanan, Jawa Tengah. Letaknya tidak begitu jauh dengan Candi Prambanan, dari arah Jogja berada di kanan jalan, pas di sebrang Candi Prambanan atau pintu gerbang candi Prambanan ada plang petunjuk menuju Candi Sojiwan. Dari gerbang Taman Wisata Candi Prambanan tinggal meyeberang jalan raya
Solo-Yogyakarta masuk ke jalan kecil menuju ke arah selatan, melewati
rel kereta api, lalu pada perempatan pertama berbelok ke kiri (timur)
sejauh beberapa ratus meter hingga candi terlihat di sisi selatan. Karena letaknya di balik perkampungan, sehingga Candi Sojiwan kurang begitu familier bagi wisatawan.
|
Biarpun berdekatan dengan candi Prambanan, tapi Candi Sojiwan berada di wilayah Kabupaten Klaten |
|
Saya dan kedua buah hati |
|
Suami dan Nathan menikmati indahnya Candi Sojiwan di sore hari |
Untuk bisa menikmati candi Sojiwan ini kita tidak perlu membeli tiket masuk. Cukup mengisi buku tamu di pos satpam. Beberapa candi memang sekarang digratiskan, mungkin untuk menarik pengunjung. Candi Sojiwan tidak begitu besar, tapi kompleksnya taman lumayan luas. Anak-anak sangat senang berlarian di sini, banyak pengunjung juga menikmati duduk selonjoran sambil menikmati bekal makanan mereka.
|
Anak-anak hepi diantara reruntuhan batu candi |
|
Makin kesini, banyak wisatawan yang melirik candi sebagai obyek wisata |
|
Stupa yang masih utuh menyerupai stupa candi Borobudur |
Candi Sojiwan tidak terlalu besar, candi utama terlihat masih utuh, namun ada beberapa stupa yang tinggal reruntuhan. Candi Sojiwan merupakan candi Budha , sehingga arsitekturnya hampir mirip dengan candi Borobudur. Menurut sejarah, candi Sojiwan dibangun diantara tahun 842 dan 850 Masehi, hampir sama dengan waktu pembuatan candi Plaosan.
Candi Sojiwan ditemukan oleh Kolonel Colin Mackenzie, anak buah Raffles pada tahun 1813. Saat itu beliau sedang meneliti peninggalan kuno di sekitar Candi Prambanan dan menemukan sisa tembok di candi Sojiwan. Raffles mendata informasi kepurbakalaan di Jawa. Ternyata, penjajah tak hanya merugikan, mereka juga membantu negri kita mendata sekaligus ikut melestarikan cagar budaya kita.
|
Candi Sojiwan berbentuk mirip candi Jawa Tengah, hanya berbeda dengan adanya stupa |
|
Arca-arca di sekeliling candi |
Senja di candi Sojiwan begitu menentramkan, berada di pinggir sawah dengan angin semilir menambah tentramnya hati sambil melihat kedua buah hati berlari-larian dan naik turun di seputaran candi. Negri kita begitu banyak menyimpan cagar budaya, sayang pelestariaanya tidak mendapat dukungan banyak pihak. Kita sendiripun terkadang malas mengunjungi cagar budaya, tetapi memilih menikmati gemerlapnya mall.
|
Pintu gerbangnya mirip dengan Candi Boko |
Candi ini merupakan perpaduan antara agama Hindu dan Budha, konon Candi Sojiwan dibangun Rakai Pikatan sebagai persembahan kepada istrinya, Pramodawardhani. Rakai Pikatan dari dinasti Sanjaya merupakan pemeluk agama Hindu, sedangkan Pramodawardhani sebagai puteri raja
Samarattungga dari Dinasti Syailendra adalah pemeluk agama Buddha.
Pembangunan candi Sojiwan merupakan salah satu upaya menjaga
kerukunan di antara umat beragama, khususnya Hindu dan Budha saat itu. Jika dijaman lampau umat beragama bisa saling menghargai dan menghormati kenapa dijaman sekarang yang katanya lebih beradab malah sering terjadi tindakan anarkis hanya karena keegoisan pemeluknya.
|
Museum Arsitektur Candi |
Di dalam komplek Candi Sojiwan juga terdapat museum Arsitektur Candi, sayang museum selalu tertutup. Untuk bisa memasukinya terlebih dahulu kita harus meminta ijin dengan penjaga di pos satpam.
|
Matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat |
|
Sejarah Candi Sojiwan |
|
Proses penemuan candi Sojiwan |
|
Hamparan menghijau di sekitaran kompleks |
|
Suami dan Arsaka |
Senja makin temaram, matahari sudah pulang ke peraduaannya di ufuk barat. Satu persatu pengunjung juga mulai meninggalkan kompleks Candi Sojiwan. Setelah puas berkeliling dan menikmati kemegahan candi yang dibuat ratusan tahun yang lalu, saya mengajak suami dan anak-anak untuk pulang.
Sore itu kembali saya mendapatkan pelajaran, tentang menghargai dan toleransi. Kebahagiaan itu sederhana, tidak perlu "kerumitan" untuk mendapatkan kebahagiaan. Dengan saling menghargai, takkan ada rasa benci.
Sekian JJS bersama Aprint, saat ke Jogja jangan lupa untuk mampir ke Candi Sojiwan ya.
********************
Sumber sejarah : Wikipedia
Gambar : Dokumen pribadi penulis
Beberapa kali ke Prambanan dan hanya lewat saja mak melihat komplek Candi ini... dr kejauhan. Ternyata ceritanya juga tak kalah luar biasa yaa
BalasHapusDah pernah lewat sini ya, koq ga mampir sekalian mbak, hehe
Hapusmasih mending pernah lewat, nah kalau saya gak pernah tahu candi itu ada dimana,..??
Hapushiks..hiks.. gimana mau mampir coba..?
keren mba, anak-anak sudah terbiasa mencintai candi ya...aku belum pernah ke candi sojiwan, terpelihara ya mba...
BalasHapusIya mbak, maklukm rumah deket candi, hehe
Hapusdi Klaten ya mbak, saya udah lama banget belum main ke candi lagi, terakhir ya ke Borobudur tahun 2008 hehe
BalasHapusDeket ama Prambanan tapi dah masuk area Klaten jeng Ev. Dirimu seringnya menjajahi gunung yaaa,keren wanita penakluk gunung
HapusHiihi suka postingannya mbak...benar,jalan jalan tidak harus jauh yg penting semua suka... :-) candi ini setelah palang kereta api itu ke kiri dan berada d kanan jalan bukan ya? Sepertinya saya dlu pernah ke daerah itu, ke candi juga cuman seingat saya pas dipugar. Apa benar pernah dipugar sekitar tahun 2000-2005? Btw saya juga suka nengokin candi mbak,adem aja...drpd ke mall xixixi...Tfs!
BalasHapusIya mbak, bener banget. Mungkin dulu pas dipugar ya. Jadi ga puas liat2 nya. Next time kesini ajah, dah cantik tamannya.
HapusPengen deh main ke sana, kangen jalan-jalan ke Jateng.
BalasHapusSini mak,ntar saya temani jalan2nyaa
Hapuswah, bersih banget ya lingkungan candinya....
BalasHapusKarena termasuk cagar budaya sehingga perawatannya juga maksimal mbak, yah paling enggak lebih baik dari jaman dulu
HapusBaru tau ada candi yg lain di jogja, candi sojiwan..
BalasHapusMakasih infonya y mak :)
Next timr mampir ke sini ya mak :)
HapusAh asyiknya kalau tempat tinggal dekat dengan tempat bersejarah + taman yang indah kayak ginii. Noteddd.. kalau ke Jogja, disempetin ke Candi Sowijan. Amin! :)
BalasHapusAmin. Klo dah di Jogja jangan lupa mampir candi Kalasan mbak,deket banget ama gubuk saya :)
Hapussaya baru tau kalo di klaten juga ada candi seindah ini
BalasHapusKlaten dan Prambanan cuma sebelahan, candi sewu di belakang Prambanan itu juga mikik klaten lho
Hapuswah, enak bener mbak tempat tinggalnya dekat cagar budaya. saya cuma pernah ke Prambanan doang. semoga ada kesempatan maen ke Jogja lagi dan mampir kesini :)
BalasHapusSemoga next time bisa ke sini, tak ajak muter2 jogja ya mbak Diah :)
Hapuswaaa aku jg suka ke candi, mak prim..blm pernah ke candi sojiwan ini *masuk list*
BalasHapus