Gereja Katedral Semarang (sumber gambar guide.alibaba.com) |
Jam baru menunjukkan pukul 2 dini hari, tapi saya udah "ubek" aja di seputaran dapur dan kamar. Ya masakalah, walaupun sekedar masak aeer, balik lagi ke kamar packing baju dan "tetek bengek" perlengkapan si kecil. Ehm, keluar dari rumah sambil bawa duo anak lanang yang masih balita itu emang agak ribet. Bawaan mereka tuh lho, dari cemilan, susu si kecil dan si besar, baju ganti, bekel makan, maenan. Yes, apalagi dek Saka selalu bawa Teddy Bearnya, kecuali kami pergi pake motor.
"Ribet amat emang mau kemana 'nyah?"
Seminggu yang lalu, tanggal 25 Okt adalah Minggu terakhir di bulan Oktober dimana bagi kami umat Katholik merupakan bulan Maria, sepanjang 30 hari kami memberi penghormatan khusus bagi Bunda Maria dan tak lupa kami mengadakan ziarah ke Gua Maria. Ziarah bagi kami merupakan suatu devosi, perjalanan fisik mengingat kembali peristiwa peristiwa di masa perjuangan Yesus dan Bunda Maria.
Saya lebih sreg jika ziarah tuh sendirian atau cuma bareng keluarga dan cari waktu yang ga rame banget. Tapi demi solidaritas, saya ikut wisata rohani yang diadakan Lingkungan Aloysius Kalibening Kalasan, tempat tinggal saya.
Kembali ke persiapan yaaa, setelah saya sendiri beres kemudian duo anak lanang mulai saya uyel-uyel biar pada bangun. Karena memang mereka udah ga sabar pengen piknik, tanpa rewel mereka langsung mau ganti baju dan cuci muka. Gausah mandilah, dingiiinnn kasian. Nah, yang paling telat pasti si Bapak, yang lain dah ready dianya baru bangun. Wis, jam lima saya berangkat ke pasar Kalasan. Disanalah meeting point dan sudah ada 2 bus yang menunggu.
Tuh, Teddy Bear nya slalu digendong ama dek Saka |
Ibu-ibu sedang menunggu bus berikutnya |
Setelah semua peserta berkumpul, tepat pukul 5 lebih 15 menit rombongan berangkat. Terlambat 15 menit dari rencana, yah namanya ngumpulin banyak orang itu emang susah. Tapi mending daripada enggak sama sekali.
Kami lewat jalur utara, dari Kalasan - Klaten - Boyolali - Salatiga - Semarang. Jalanan tidak begitu ramai karena masih pagi, sehingga bus melaju cepat dan sampai di Semarang pukul 8 pagi. Kami memang berencana mengikuti misa pagi di gereja Katedral Semarang yang dimulai jam setengah sembilan. Masih ada waktu buat kami untuk bersiap-siap.
Pintu gerbang komplek gereja |
Saya belum pernah ke Gereja Katedral Semarang dan excited banget untuk bisa mengikuti misa di sana. Saya membayangkan gerejanya yang besar dan luas. Sedikit meleset dari perkiraan saya, ternyata gerejanya tidak sebesar Katedral Jakarta, tapi memang bangunannya klasik dan bernuansa Eropa.
Ada beberapa Bapak-bapak yang sudah sepuh menyalami kami, salut lho walaupun sudah tidak muda lagi tapi masih bersemangat menjadi among tamu. Menyapa dengan ramah setiap umat yang hadir di sana.
Ibadah baru saja dimulai, tapi duo anak lanang sudah mulai rewel, minta pipislah, puplah, susulah. Dan akhirnya saya mengajak mereka keluar saja. Mengikuti misa di luar daripada mereka mengganggu umat lain. Heran saya, kenapa mereka begitu "reseh" mungkin karena memang waktunya "kebelakang" tadi kan mereka bangun terlalu pagi sehingga belum sempat melakukan hajat mereka.
Suasana di luar begitu rindang, pohon pinus yang tinggi melindungi kami dari sengatan matahari yang beberapa minggu belakangan memang sangat menyengat. Tak hanya saya yang mengikuti ibadah diluar, banyak umat lain juga karena terbatasnya tempat duduk dan banyaknya umat. Jadi ingat gereja Kota Baru yang selalu penuh hingga umatnya meluber diluar gereja.
Satu setengah jam kemudian ibadat selesai dan kami kembali ke bus. Menikmati nasi dos sambil melihat ramainya jalan Pandanaran Semarang. Rasanya belum puas melihat kota Semarang, tapi kami harus melanjutkan perjalanan menuju Gua Maria Kerep di Ambarawa.
izin menyimak
BalasHapuspernah lihat gereja ini di tv mak prim, cakeepp
BalasHapus