www.javanews.com |
Ada yang
beda dengan apel pagi di kantor Pemda Bantul Senin kemarin. Karena apel pagi
itu menggunakan bahasa Jawa. Sesuai dengan Instruksi Bupati Bantul nomor 01 Tahun 2009 tentang Penggunaan Bahasa Jawa pada Hari Tertentu Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul. So, setiap tanggal 20 setiap bulannya di lingkungan kantor pemerintah dan desa diharuskan menggunakan bahasa Jawa. Karena bahasa Jawa merupakan simbol peradaban dan harus dilestarikan.
Berhubung hari itu tanggal 20 jadi apel nya pake
bahasa Jawa. Dulu pertama ngikutin apel berbahasa Jawa, geli – geli gimana
gitu. Lucu…hohoho…Walopun itu bahasa sehari – hari tapi kata-kata yang digunakan
dalam apel tidak familier.
Ini contoh
kata – kata yang dipakai dalam apel:
Siap graak
: siogo sedyo,dyo
Tegak grak
: jejeg dyo.
Istirahat
Ditempat graak : asong papan ,dyo
Hormat
graak : Hormat dyo
Apalagi ya,,lupa,hehehe…
Udah ada
yang pernah denger kata – kata itu
?Ngacung bagi yang udah.
Dewasa ini,
bahasa Jawa sudah mulai dilupakan, bagi orang Jawa tentunya. Mereka lebih
senang memakai bahasa Indonesia, apalagi orang –yang tinggal diperkotaan.
Bahkan yang tinggal di desa saja ogah ngomong Jowo. Entah salah siapa , tapi
perlahan Bahasa Jawa dianggap ndeso dan ditinggalkan. Saya juga terlanjur
memakai bahasa Indonesia saat berbicara dengan anak-anak. Tapi dengan suami atau orang tua saya memakai
bahasa Jawa campuran. Kenapa campuran ,karena seharusnya berbicara dengan yang
lebih tua memakai bahasa Jawa Kromo,tapi karena bisanya Cuma setengah –
setengah ,ya campur-campur dech.
Dengan anak
saya masih sering menggunakan Bahasa Indonesia , karena terpengaruh tetangga .Prosentase
penggunaan bahasa Indonesia dan jawa mungkin 60 %: 70 %. Kadang , anak saya tidak tahu apa yang saya
maksud saat saya ngomong Jawa ,dan itu kesalahan yang fatal karena dari bayi
saya tidak menggunakan bahasa jawa.
Saat ini
saya mulai kembali mengajarkan dan memakai bahasa jawa dalam kehidupan sehari
–hari. Dan terutama mengenalkan Boso Kromo. Ngomong Jawa memang tidak semudah
bahasa Indonesia yang hanya satu tingkatan. Bicara dengan orang tua atau kawan
sama saja. Tapi, dalam bahasa Jawa ada beberapa tingkatan. kita ngomong dengan
siapa ,kawan atau orang tua. Mungkin takut salah itu yang membuat kaum muda
tidak mau menggunakan bahasa Jawa.
Misalnya
untuk bicara dengan orang tua kita harus memakai Basa Kromo Alus /Inggil . Untuk kata kamu kepada orang lain ada 3 macam
, Panjengenan ,Sampeyan dan Kowe. Dan
harus benar penempatanya…Dengan menggunakan bahasa Jawa ,bicara dengan yang
lebih tua akan menjadi lebih sopan dan hormat. Ehmm rumitkan , kalah dech grammernya wong londo.
Tapi ,semua
bisa dipelajari kok . Dan hal ini harus dimulai dari lingkungan terkecil ,yaitu
keluarga. Jika kita berbahasa Jawa, anak-anak pasti ngikutin dan lama – lama
pasti bisa. Dan sebagai wong Jowo,jika bukan kita,siapa lagi yang akan
nguri-nguri kabudayan Jawi?
Keren ya program sekarang. Di Bandung juga ada Rebo Nyunda. Jadi tiap hari Rabu, semua orang Bandung wajib pakai Basa Sunda. Termasuk Pemkot dan sekolah-sekolah. Semoga bahasa daerah bisa lestari, ya. ^^
BalasHapus