Tahukan tentang cerita rumah kontrakan saya yang baru di Senangnya Tinggal di Rumah (kontrakan) Sendiri. Tapi, sudah dua bulan ini saya tidak menempati rumah tersebut. Saya kembali ke rumah mertua di Kalasan. Kenapa? Yang jelas bukan karena paksaan suami, dia manut saya mau tinggal dimana.
Sebenernya, semenjak kejadian Saka menginap 7 hari di Panembahan Senopati, feeling ataupun insting saya mengatakan kalo saya harus pergi dari rumah tersebut. Entahlah kenapa perasaan saya bicara seperti itu. Saya menepis perasaan itu, walaupun sudah sering insting saya berkata benar.
Walaupun saya tidak pernah melihat ataupun diganggu makluk lain yang menghuni rumah saya. tapi saya "merasa" memang ada "sesuatu" dirumah saya. Saya sering bertanya sama suami saya yang memang bisa melihat hal-hal yang saya ataupun orang lain tidak bisa melihatnya, tapi jawabnya ga ada. Mungkin untuk menghibur saya atau tidak mau saya takut tinggal disitu.
Saya mempelajari keadaan disekitar rumah, tetangga sebelah yang rumahnya juga mepet makam anaknya dua berkebutuhan khusus. Yang perempuan sudah seumuran anak SMA tapi tergolek lemah,pertumbuhannya lambat dan sama sekali ga bisa ngapa-ngapain. Untung kalo malam dia tidur, tapi ternyata kalo siang dia sering menangis dan berteriak-teriak, hati saya keder mendengar tangisannya. Kemudian yang punya rumah itu, bisa memiliki anak setelah 9 tahun dan setelah anaknya lahir sang Bapak meninggal. Saya juga jadi bertanya-tanya, kenapa sang punya rumah tidak menempati rumah itu yang notabene banyak kenangan dengan keluarga dan memilih tinggal di rumah baru.
Saya jadi menghubung-hubungkan antara peristiwa satu dengan yang lain.
Batin saya berperang, dari insting yang menyarankan saya untuk pindah atau tetap disitu. Dan keputusan saya, saya tetap disitu. Masak sih saya kalah dengan "mereka" itu kata batin saya.
Hari demi hari saya lalui seperti biasa dirumah itu, walaupun saya bangun tengah malam atau mencuci piring di pagi buta tidak ada kejanggalan dan tidak ada yang "mengganggu" saya. Ohya, dibelakang rumah saya pas ada sebuah makam dan jaraknya cuma satu meter tepat dibelakang dapur. Seandainya saya tahu dibelakang rumah ada makam pasti saya tidak akan mengontrak rumah itu.
Entah kenapa anak saya yang kecil si Saka sering banget sakit, hampir 2 minggu sekali ke dokter , kadang panas atau batuk entah mungkin karena dia di penitipan anak jadi gampang tertular penyakit. Padahal anaknya aktiv, gendut dan makan serta minum ASI nya banyak. Dan saat Saka sariawan yang tak kunjung sembuh (akan saya ceritakan lain waktu) dan rewel tiap malam. Sampai tetangga kasihan dan menyarankan untuk ke Kyai deket rumah, kebetulan dekat rumah saya memang ada pondok pesantren. Kata dia dulu anaknya juga sering rewel dan ke tempat pak ustad dan dikasih doa. Saya hopeless dan menuruti saran dia, malam-malam saya ke sana ditanya nama anak dan nama orang tua nya kemudian dikasih air yang ada kertas bertuliskan huruf Arab. Hasilnya, mendingan tapi hanya untuk hari itu.
Saya membandingkan dengan anak pertama saya si Nathan, waktu bayi tidak pernah sakit, seingat saya waktu umur satu tahun terkena flu karena ketularan Bapak dan Mbahnya. Tapi memang anak tidak dibanding-bandingkan, setiap anak unik dan daya tahan tubuhnya pasti juga tidak sama.
Sampai pada akhirnya pada suatu malam saya berbincang dengan suami saya gimana kalau kita balik ke rumah Mamak aja di Kalasan, saya sudah ga kuat dan kasihan ngeliat Saka ga sembuh-sembuh dan rewel terus. Disana Mamak lebih telaten merawat saat saya tinggal kerja dan saya menceritakan tentang insting saya. Tapi saya meminta suami minta ijin ke mertua dulu, gimana kalo balik kesana lagi.
Ternyata suami setuju dan cerita panjang lebar, memang di rumah itu banyak "penghuninya". Bukan karena dekat makam, tapi memang di bagian dapur itu tempat berkumpulnya makluk-makluk dunia lain di daerah situ, dan mereka sudah ada sejak puluhan atau mungkin ratusan tahun yang lalu, bahkan sebelum makam di belakang rumah ada. Padahal dapur dirumah itu bersih, cukup luas dan ga ada kesan angkernya loh.
Kata suami jumlah mereka banyak, puluhan mungkin. Kalo cuma satu atau dua sebenernya tidak ada masalah, seperti juga manusia kadang ada yang baik, nakal ataupun usil. Nah, satu dua yang usil ini yang kadang bikin jengkel suamiku dan aura negatifnya berpengaruh terhadap anak kecil khususnya bayi seperti Saka, kalo anak-anak sudah SMP atau SMA mungkin ga ngaruh, gitu kata suami saya.
Kenapa ga disuruh pergi aja? ada teman yang menyarankan seperti itu, tapi itu bukan rumah saya sendiri dan "mereka" sudah lebih dulu tinggal disana, biarlah kami yang mengalah, tapi bukan karena kalah ya.
Suami memang sengaja tidak bercerita tentang itu semua sebelumnya, karena dia kawatir saya takut tinggal disitu. Sebenernya saya tidak takut, hanya kawatir aura negatif mereka mengganggu kehidupan kami.
Apa aja yang tinggal disitu?
Macem-macem kata suami, tapi ada yang baik juga. Ada Kakek tua yang merupakan pemimpin makluk-makluk disitu. Bayangin nya aja bikin horor apalagi ngeliat. Pantas, suamiku slalu menutup pintu antara ruang tivi dan dapur, kalo saya lebih suka dibuka daripada bolak-balik nutup. Tapi selalu ditutup ama suami saya, belakangan dia cerita karena males ngeliat "mereka" wirawiri atau munculah secara tiba-tiba dan bikin kaget.
Terlepas dari makhluk-makhluk itu, sekarang Saka sudah sehat lagi dan ga sakit-sakit lagi. Mungkin saya memang belum siap untuk hidup mandiri. Hidup ternyata tak hanya sekedar finansial, tak lantas kita mandiri secara finansial kemudian lepas bebas dari orang tua. Banyak faktor yang menunjang kelancaran hidup berkeluarga. Tapi saya yakin, suatu saat pasti saya dan suami beserta anak-anak bisa mandiri dan tinggal dirumah kami sendiri kelak.
ahh..serem
BalasHapussemalem ada yang nemenin khan...xoxo
Hapussemoga impian akan rumah sendiri bisa terwujud.. btw ceritanya serem juga hehe
BalasHapusAmin. Makasih doanya Mak,
Hapusiih.. emang serem ya, apalagi jika mengganggu anak2, kasihan kan...
BalasHapusIya mak, klo ga ganggu sih ga papa, tp "mereka" suka usil, makasih dah mampir ya.
HapusWaduh...mengerikan mbak...kalau aku udah lari....takut....
BalasHapusYuk lari bareng...hehehe
Hapuswoah sereeem aslii
BalasHapusBerni uji nyali yuk kerumahku...hehehe
Hapus