Bagi saya, mengikuti ibadah di gereja tak hanya kewajiban tapi merupakan "undangan" spesial dari Allah dan pastinya saya juga harus datang dengan spesial juga. Tak hanya niat dan hati yang bersih, tapi apa yang saya kenakan haruslah sederhana, layak, sopan dan bagus.
Umat non Katholik terkadang bertanya kenapa umat Katholik kalau ke gereja bajunya bagus-bagus?
Bagus disini bukan berarti mahal atau mewah, tapi sebisa mungkin menggunakan baju terbaik yang layak dan sopan untuk menghadiri undangan Allah.
Layaknya menghadiri undangan pesta, sudah sepatutnya saya memakai baju yang layak dan sopan. Patutkah kita ke pesta resmi menggunakan celana jins atau pun kaos seperti orang mau olah raga? Atau memakai celana sobek dan sandal jepit? atau malah, memakai rok yang sangat mini ataupun baju yang terlalu terbuka kayak orang mo ke kafe?
Jawabannya ada di hati kita masing-masing.
Jujur, saya sangat menghindari memakai jins dan kaos oblong saat menghadiri ibadah di gereja. Walaupun saya terbiasa memakai jins bolong, tapi saat ke gereja saya berusaha mengenakan rok, hem, celana kain ataupun baju batik.
Saat njagongpun juga sama, saya sama sekali ga respect ngliat orang pake jens apalagi blue jins di acara manten, kecuali dia penjaga sound system *oot*
Begitupun terhadap anak-anak, saya membiasakan mereka berbaju rapi saat ke gereja. Menggunakan hem, kalaupun kaus yang berkrah , sepatu dan sesekali celana jeans, karena anak-anak masih jarang pake celana bahan.
Ke gereja merupakan undangan Allah, sudah seharusnya kita memperhatikan kepantasan busana kita dihadapan Allah.
Dari situs www.katolisitas.org ada artikel yang menjelaskan kenapa kita harus berpakaian layak dan sopan
Dengan demikian, tubuh kita merupakan cerminan jiwa: apa yang kita
hayati di dalam jiwa kita, terpancar ke luar dengan cara bagaimana kita
bersikap dengan tubuh kita.
Nah, hal berpakaian sopan/ bersahaja, itu berkaitan dengan prinsip dasar ini. Kitab Suci lebih lanjut menyebutkan beberapa prinsip selanjutnya tentang hal berpakaian yang tidak dapat dilepaskan dengan perbuatan baik lainnya:
Umat non Katholik terkadang bertanya kenapa umat Katholik kalau ke gereja bajunya bagus-bagus?
Bagus disini bukan berarti mahal atau mewah, tapi sebisa mungkin menggunakan baju terbaik yang layak dan sopan untuk menghadiri undangan Allah.
Layaknya menghadiri undangan pesta, sudah sepatutnya saya memakai baju yang layak dan sopan. Patutkah kita ke pesta resmi menggunakan celana jins atau pun kaos seperti orang mau olah raga? Atau memakai celana sobek dan sandal jepit? atau malah, memakai rok yang sangat mini ataupun baju yang terlalu terbuka kayak orang mo ke kafe?
Jawabannya ada di hati kita masing-masing.
Jujur, saya sangat menghindari memakai jins dan kaos oblong saat menghadiri ibadah di gereja. Walaupun saya terbiasa memakai jins bolong, tapi saat ke gereja saya berusaha mengenakan rok, hem, celana kain ataupun baju batik.
Saat njagongpun juga sama, saya sama sekali ga respect ngliat orang pake jens apalagi blue jins di acara manten, kecuali dia penjaga sound system *oot*
Begitupun terhadap anak-anak, saya membiasakan mereka berbaju rapi saat ke gereja. Menggunakan hem, kalaupun kaus yang berkrah , sepatu dan sesekali celana jeans, karena anak-anak masih jarang pake celana bahan.
Ke gereja merupakan undangan Allah, sudah seharusnya kita memperhatikan kepantasan busana kita dihadapan Allah.
Dari situs www.katolisitas.org ada artikel yang menjelaskan kenapa kita harus berpakaian layak dan sopan
Sebenarnya prinsip yang paling mendasar dalam cara kita berpakaian adalah sikap penghargaan terhadap tubuh kita, yang diciptakan Tuhan amat baik adanya (lih. Kej 1:31). Rasul Paulus mengingatkan bahwa ‘tubuh itu bukan untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan’ (1 Kor 6:13) oleh karena itu, kita selayaknya melihat tubuh ini bukan sebagai obyek kesenangan mata, tetapi sebagai ciptaan Tuhan yang mulia, sebab tubuh kita adalah bait Allah:
Nah, hal berpakaian sopan/ bersahaja, itu berkaitan dengan prinsip dasar ini. Kitab Suci lebih lanjut menyebutkan beberapa prinsip selanjutnya tentang hal berpakaian yang tidak dapat dilepaskan dengan perbuatan baik lainnya:
“Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.” (1 Tim 2:9-10)
“Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya…” (1 Pet 3:5)Selanjutnya, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa cara berpakaian yang sopan (modesty) merupakan bagian dari kebajikan kemurnian, demikian:
KGK 2521 Kemurnian menuntut sikap yang sopan/ bersahaja. Ini adalah bagian hakiki dari pengekangan diri. Sikap yang sopan/ bersahaja memelihara hal-hal pribadi manusia. Ia menolak membuka apa yang harus disembunyikan. Ia diarahkan kepada kemurnian yang perasaan halusnya ia nyatakan. Ia mengatur pandangan dan gerakan sesuai dengan martabat manusia dan hubungan di antara mereka.
KGK 2522 Sikap sopan/ bersahaja melindungi rahasia pribadi dan cinta kasihnya. Ia mengundang untuk bersabar dan mengekang diri dalam hubungan cinta kasih; ia menuntut, bahwa prasyarat-prasyarat untuk ikatan definitif dan penyerahan timbal balik dari suami dan isteri dipenuhi. Dalam sikap sopan itu termasuk pula kerendahan hati. Ia mempengaruhi pemilihan busana. Di mana ia mengira bahwa ada bahaya sikap ingin tahu yang tidak sehat, di sana ia berdiam diri dan bersikap hati-hati. Ia menjaga keintiman orang lain.
KGK 2523 Ada sifat sopan/ bersahaja dalam perasaan dan terhadap badan. Sifat ini menentang, misalnya terhadap penyalahgunaan tubuh manusia yang “voyeuristik” dalam iklan tertentu atau terhadap tuntutan media-media tertentu, sehingga berlangkah terlampau jauh dalam membuka bagian-bagian yang sangat intim. Sikap sopan menggerakkan satu tata hidup, yang berlawanan dengan paksaan mode dan desakan dari ideologi yang berlaku.
KGK 2524 Bentuk ungkapan sikap sopan ini berbeda dari kultur ke kultur. Tetapi di mana-mana terkandung gagasan mengenai martabat rohani yang khas untuk manusia. Ia tumbuh melalui tumbuhnya kesadaran pribadi. Mendidik anak-anak dan kaum remaja dalam sikap sopan/ bersahaja ini berarti membangkitkan hormat terhadap pribadi manusia.
KGK 2533 Kemurnian hati menuntut sikap yang sopan/ bersahaja, yang terdiri dari kesabaran, kerendahan hati, dan perasaan halus. Sikap yang sopan/ bersahaja melindungi keintiman seseorang.
Sudah seharusnya imam selaku pemimpin umat dapat memberi
peringatan, dan para orang tua hendaknya mengajarkan kepada anak- anak
mereka dengan teladan mereka sendiri, sebab kesopanan dalam berpakaian
merupakan bagian dari kebajikan kemurnian. Jika kita dapat berpakaian
dengan sopan untuk pergi ke kantor, mengapa kita berpakaian seadanya
jika kita hendak bertemu dengan Tuhan Allah yang Maha Tinggi dalam
perayaan Ekaristi? Selanjutnya, jika kita sudah berusaha berpakaian
dengan sopan, sudahkah juga kita mengendalikan diri dalam bersikap
dengan tubuh kita, dengan tutur kata dan dengan pikiran kita? Sebab
kebajikan kemurnian menyangkut tidak saja yang terlihat dari luar,
tetapi juga yang ada di dalam hati.
bagus bukan berarti baru kan ? asalkan sopan dan sesuai tempat :)
BalasHapus