- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Gunung Api Purba Nglenggeran |
Jika sebelumnya gue posting tentang Embung Nglanggeran
yang eksotik, yuk cuss aja ke obyek selanjutnya yang cuma sepelemparan
batu dari sana yaaa. Yes, Gunung Api Purba Nglanggeran. Sayang banget
kayaknya kalo gue ga sekalian mampir, sekalian mau nyoba body gue yang mulai obesitas ini mampu ga ya naik gunung. Haghag, ini mah cuma bukit wong tingginya cuma sekitar 800an meter.
Tiket masuk Gunung Api Nglanggeran sebesar 7000 rupiah. Kata
penjaganya sejam aja bisa nyampe di puncak, tapi kata adek yang
pernah kesana cukup setengah jam aja tanpa berhenti. Gue bareng beberapa
teman mencoba naik, sedang teman2 perempuan memilih duduk dijoglo saja.
Gunung Api Purba Nglanggeran terbentuk dari pembekuan magma yang terjadi kurang lebih 60 juta tahun
yang lalu. Gunung Nglanggeran tersusun oleh batuan beku berupa andesit,
lava dan breksi andesit.
Bagi yang berniat naik gunung, inget himbauan diatas yaaaa. Dan jangan mojok sembarangan yaaa. Hehehe. Soalnya saat gue kesana, walaupun bukan hari libur tapi rame juga. Ada yang berkelompok, ada juga yang berdua-duaan gitu ama yayangnya #maraiPengen.
Ada 4 pos yang mesti dilewati untuk bisa sampai puncak, saya mah cukup di pos 2 aja. Takut kesorean, lagian gue pake sepatu berhak tinggi, licin banget buat jalan. #alesan.
Dimanapun, pasti ada nilai mistisnya, apalagi gunung. Tak berbeda dengan Gunung Nglanggeran ini yang
konon merupakan tempat menghukum warga desa yang ceroboh merusak wayang. Nglanggeran juga diambil dari kata nglangger atau nglanggar yang artinya melanggar.
Legenda : Pada ratusan tahun yang lalu, penduduk desa sekitar mengundang seorang dalang untuk mengadakan pesta syukuran hasil panen. Tapi ada warga yang melakukan kesalahan dan si dalang marah dan mengutuk mereka di gunung ini.
Tempat ini sering digunakan untuk bertapa, entah di batu besar atau di sendang. Ada beberapa bebatuan besar yang menurut cerita warga sekitar digunakan untuk tempat pertapaan warga.
Ada cerita jika Gunung Nglanggeran dijaga oleh sosok Kyai Ongko Wijoyo dan para punokawan, di malam Sura dan malam Jumat Kliwon banyak warga yang bersemedi di pucuk gunung api Nglanggeran. Anda berniat semedi?
Di awal perjalanan, jalan menanjak masih gampang dilewati. Jalan setapak sudah ditata sedemikian rupa. Tapi setelah pos 1, huaaaaa banyak batu batu gede dan jalan menyempit. Jika gunung lain penuh pepohonan dan padang savana, disini adanya cuma batu dan batu aja.
Jalur pendakian adem, karena banyak pepohonan dan ada beberapa gazebo untuk beristirahat. Kalo haus juga ga usah kawatir, beberapa penjual menajajakan minuman di tiap pos.
Ah, gazebonya asyik banget buat mojok #nahlo |
Semakin ke dalam kok jalannya semakin menantang gini. OKlah kalo pake sepatu kets atau sandal jepit sekalian, lha ini pake pantopel
bung. Batikan lagi, bikin ga bisa bergerak bebas. Beberapa teman sudah
mendahului dan terdengar suara candaan mereka dari kejauhan.
Lorong Sumpitan namanya, hanya muat satu orang berbadan langsing. Terus
yang obesitas kayak gue gimana, santai miring bisa koq. Petunjuknya
kocak banget dah, masuk dan rasakan sensasinya, Hehehe ...Beneran lho,
lo harus nyobain masuk lorong ini. Biar ngerasain badan kejepit diantara
batu tebing.
Setengah jam berlalu dan saya memutuskan berhenti alias give up. Capek
dan napas tersenggal-senggal, oh sudah STW (setengah tua saya). Mending
turun karena dah mau sore, kasian Ibu-ibu yang menunggu dibawah.
#alesanLagi
Yang hobi ngecamp boleh lho pasang tenda disini, bayarnya beda tapi. Gue lupa berapa rupiahnya. Akhir kata ga ngimpi dah jadi pendaki cantik
selama gue belum bisa membuang puluhan kilo lemak dari tubuh gue. Mari pose ajaah.
Aku belum pernah kesini hiks
BalasHapusWah ternyata kawasan wisata horor ya
BalasHapus