Hai working mom, postingan kali ini saya persembahkan bagi para Ibu Bekerja, khususnya para Ibu yang harus bekerja full day dan meninggalkan rumah selama beberapa jam. Jujur, menjadi ibu bekerja tidak mudah terutama dalam hal membagi waktu, agar semua aspek bisa dihandle dengan baik.
Di luaran sana berbagai kontradiksi, perdebatan tentang Ibu Bekerja masih saja hangat. Sudah, lupakan sejenak. Yang tahu kondisi keluarga kamu, apa yang kamu butuhkan, apa yang kamu cita-citakan ya cuma kamu dan Tuhan yang tahu. Selama suami memberi lampu hijau, kita bisa menjalankan tugas sebagai istri dan ibu yang baik, never mind lah.
Banyak hal yang harus dipikirkan dan diselesaikan seorang Ibu sebelum berangkat ke kantor, ke pabrik, berdagang atau apapun itu. Dari melayani kebutuhan suami, menjaga stabilitas rumah termasuk konsumsi hingga kebutuhan spirituil dan materiil anak sampai menjadi bendahara rumah tangga. Kalau saya sih ada beberapa poin penting yang harus saya lakukan agar kehidupan berumah tangga bisa berjalan dengan lancar. Pastinya agar saya tenang saat bekerja dan meninggalkan anak-anak di rumah.
Nah, mau tahu apa saja sih point penting yang harus dilakukan oleh ibu bekerja agar tenang bekerja dan rumah tangga berjalan baik versi saya:
1. Bangun lebih pagi
Yes, banget sebelum adzan subuh atau penghuni rumah yang lain bangun saya sudah cuci muka, lanjut bersih-bersih, cuci piring, masukkin baju kotor ke mesin cuci, masak nasi, nyiapin minum para tukang suami hinga menyiapkan bekal anak.
Pastikan semua pekerjaan rumah tangga di selesaikan sebelum anak-anak bangun. Kalau anak kamu sudah besar mungkin tidak masalah, tapi bagi saya saat duo anak lanang sudah kedengeran suaranya, saya nggak bakalan bisa menyelesaikan pekerjaan rumah. Mereka minta disayang-sayang atau ditemeni nonton tivi.
Apalagi, saya tinggal di pondok mertua, harus donk jadi menantu idaman #pencitraan. Sebelum saya bekerja, semua sudah fix termasuk makanan buat anak-anak dan suami serta mertua. Kasihan kan jika beliau sudah momong eh masih harus ngerjain hal lain.
Begitupun jika anak-anak di jaga oleh ART atau baby sister, sebisa mungkin ikut membantu sedikit pekerjaan rumah tangga agar ART bisa fokus menjaga anak. Kecuali kamu punya beberapa ART sehingga ada pembagian tugas.
2. Selalu mengontrol keadaan anak
Begitu sampai di kantor pasti kita akan konsen mengerjakan tugas dan pekerjaan kita di kantor. Tapi, jangan sampai lupa untuk tetap mengawasi anak sekalipun kita tidak sedang bersama mereka. Bisa menelepon anak-anak, menanyakan apakah mereka sudah makan atau sedang ngapain di rumah.
Karena duo anak lanang belum bisa nerima telepon sendiri, sekitar pukul 11 atau sesudah istirahat saya menelepon simbah nya atau Bapaknya jika sedang di rumah. Apabila anak berada di daycare, tetaplah memantau dengan menanyakan kepada baby sister atau guru di daycare.
3. Pastikan handphone selalu aktif
Terkadang saking sibuknya bekerja atau berdagang atau beraktivitas, kita "lupa" bahwa ada keluarga atau anak yang kita tinggal di rumah, daycare atau di sekolah. Bahkan saking "sibuknya" nggak denger ada telepon atau sms masuk.
Jujur, saya tidak berharap ada telepon dari rumah saat saya bekerja, karena biasanya ada berita kurang menyenangkan. Tiba-tiba anak panaslah, yang momong sakit atau kabar yang mengharuskan saya harus segera pulang.
Nah, jika handphone tidak aktif bagaimana keluarga menghubungi kita? Padahal kondisi sangat urgent. Oleh sebab itu, saya selalu mengaktifkan handphone dan menyalakan nada deringnya agar orang rumah bisa menghubungi saya dengan mudah.
4. Sesekali membawa oleh-oleh mainan atau makanan kesukaan anak
Abis gajian pasti yang dipikirin anak. Dapet bonus yang ada di kepala langsung pengen beli barang kesukaan anak. Pasti semua orang tua terlebih Ibu ingin membuat anak-anak hepi dan merasa senang saat Ibunya pulang kerja.
Jam setengah lima saat saya sampai di rumah, dari kejauhan sudah terlihat anak-anak yang menunggu di depan pintu. Mereka sudah hapal jam pulang Ibuknya. Sering mereka bertanya "Ibu bawa makanan ndak?" atau " Ibu beliin Mas mainan ndak?"
Saat ada rejeki saya berusaha membawakan mereka oleh-oleh, kadang cuma snack rapat di kantor saya bawa pulang dan mereka seneng banget. Apalagi waktu saya bawa mainan impian mereka atau baju baru, duo anak lanang jejingkrakan dan senyum-senyum. Bisa dipastikan sesudahnya saya mendapat hujan kecupan di pipi dari mereka.
Bentuk perhatian seperti ini membuat anak-anak merasa diperhatikan, disayangi dan tahu jika Ibu mereka bekerja demi kepentingan mereka juga. Tapi, jangan setiap hari juga memanjakan anak-anak. Karena mereka akan ketergantungan dan manja. Bayangin aja, gimana kalau mereka tiap hari minta dibeliin baju, bisa bangkrut donk saya. Xixixixi.
5. Weekend is family time
Dari senin sampai jumat waktu ibu bekerja tersita di kantor. Sebagian waktunya habis di kantor, lantas kapan waktu untuk keluarga? Bagi saya sabtu minggu adalah harinya anak-anak, sebisa mungkin saya full di rumah, jika keluar rumahpun membawa anak-anak dan suami.
Sehingga saat ada event blogger di hari Sabtu dan Minggu itu bikin saya nyesek. Pengen ikut tapi nggak tega ninggal anak-anak, kalau diajak duo anak lanang terlalu aktif dan riwil nggak bisa diajak duduk anteng. Tapi, jika acara bener-bener penting, saya batasi satu bulan sekali saja saya keluar rumah di hari Sabtu atau Minggu.
6. No gadget at home
Ini nih yang susah, nggak pegang HP saat di rumah dan fokus nemenin anak di rumah. Karena semenjak ada smartphone, WA, FB dan blog bawaannya buka henpon mulu. Taku ketinggalan berita, ketinggalan obrolan grup dan macem-macem. Padahal saat di rumah, si kecil pengennya di perhatiin tanpa diduakan dengan HP.
"Ibu kok mainan HP terus?"
Mas Nathan protes saat liburan di rumah dan saya sibuk ngobrol di grup WA. Jujur saya merasa bersalah. Begitupun dengan dek Saka yang baru 2,5 tahun, saat saya mulai pegang HP pasti dia rebut, padahal dia juga sudah nonton lagu kesayangannya di tablet.
Anak-anak hanya minta diperhatikan, ditemani karena mereka rindu Ibunya. Mereka ingin di temani sepenuhnya, lihat video ya di pangku, mainan mobil-mobilan bersama. Bukannya "disambi" mainan HP ibuknya.
Memang tidak mudah lepas dari gadget sepenuhnya, tapi beberapa hari belakangan saya mencoba tidak mengaktifkan koneksi data internet. Handphone saya masukkan di kamar dan saya bersama anak-anak. Tapi tetap nada dering saya nyalakan jika ada telepon penting masuk. Karena saat data internet aktif, notif di hp bakal bunyi terus dan terus, jika kita sendiri tidak kontrol dan menjauhkan diri bawaanya pengen lihat layar hp terus.
Setelah duo anak lanang tidur, baru saya ambil handphone dan buka internet dengan ratusan notif di berbagai grup chatting.
7. Menjaga hubungan baik dengan pengasuh anak
Menjadi Ibu bekerja yang harus meninggalkan anak-anak bukan tanpa resiko. Kita tidak bisa full day mengasuh, merawat, menemani anak-anak. Jika si kecil sudah beranjak besar misal sudah SD, pengawasannya tidak seberat bayi atau balita yang harus diawasin terus menerus agar terhindar dari kecelakaan kecil.
Dengan siapakah si kecil di rumah? Baby sister, asisten rumah tangga atau dengan neneknya? Bersama siapapun si kecil, kita harus menjaga hubungan dengan baik dengan mereka. Karena di tangan merekalah keselamatan anak-anak selama kita tinggal bekerja. Sering-seringlah ngasih bonus, saat lebaran atau hari raya.
Begitupun jika anak di titipkan di penitipan anak/daycare. Jangan galak ama si mbaknya, jika mbaknya dendam dan anak dicubitin saat kita tinggal gimana? Beberapa rekan kerja saja juga rutin memberikan hadiah saat hari raya kepada semua pengasuh di daycare tempat dia menitipkan anaknya. Mbak-mbak pengasuh akan makin sayang dengan anak kita dan tak perlu kawatir saat bekerja.
Bagaimana, mudah bukan. Jika ketujuh poin di atas anda lakukan pasti anda akan bekerja dengan tenang. Menjadi Ibu bukan hambatan untuk berkarya, apapun profesimu.
Setuju bangeeetttt. Walau blm ngerasain punya baby. Hehehe. Ninggalin gadget memang gak gampang yaa. Semangat ya working mom!
BalasHapusAyo buruan merid Tar biar ngerasain hepinya punya baby
HapusWah bener banget ini
BalasHapusSebelum memutuskan resign, saya menjalani semua proses diatas selama 2 tahun, rasanya maknyuuuus terutama bagian meninggalkan anak dalam kondisi gak fit, galau segalau2nya deh. Badannya sih dikantor tapi pikirannya dirumah terus, yang ada bolak balik nelp dah
Bener mbak, apalagi saat anak sakit, rasanya pengen resign aja, tapi nggak bisa
HapusNah, ini gw banget Mba Prima hihihii... Iya, ibu bekerja harus sanggup berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait *halah bahasanya itu looohh :)) Tiap sore anak2ku juga selalu nanya "Ibu beli apa", maksudnya bawa jajanan apa gitu.
BalasHapusHahaha, kayak mau event apa mbak, berkoordinasi dengan pihak terkait. Tapi bener tanpa mereka kita nggak bisa kerja
HapusSama Mbak, sebagai seorang bapak saya juga kalo lembur malam sampe jam 10 saya usahain beli oleh-oleh berupa makanan kesukaan keluarga. Rasanya bahagia ya kalo bisa bikin anak senang saat kita datang, kedatangan kita selalu ditunggu-tunggu meskipun nggak bawa oleh-oleh.
BalasHapusAduh sampai jam 10 malem mas? Saya paling mentok ampe magrib. Seneng ya liat si kecil bahagia saat kita bawa oleh2 buat mereka.
HapusBangun lebih pagi tapi biasanya tidur belakangan juga demi beso pagi ga ada drama persiapan semua anggota keluarga ya, Mbak. :)
BalasHapusAku susahh bangun pagi neh mbak hehehe
BalasHapusSemangaaat mak.. Walaupun saya gak bekerja, tapi saya salut dg ibu2 kantoran..hehe.. Yang gak kalah penting, jaga kesehatan mak, supaya karir lancar, urusan keluarga jg tenang. :)
BalasHapusanak-anak selalu prioritas ya mba :)..aku juga begita. Rajin telpon ke rumah atau ke anak-anak via bapaknya :)
BalasHapustetap prioritas utama sekarang adalah anak. point ke 7 itu lagi aku usahain banget nget....
BalasHapusmeleng dikit intan udah njlungup budhe...