Hari ini menjadi hari yang spesial bagi umat Kristiani. Karena pada minggu ini merupakan minggu Palma atau minggu palem, hari dimana perayaan Pekan Suci masa Prapaskah di mulai. Sebelum hari Kamis nanti merayakan Kamis Putih, Jumat Agung dan puncaknya pada hari Minggu kami merayakan Paskah.
Saya tinggal di Kalasan, dan tiap minggu beribadah di gereja Marganingsih Kalasan yang hanya berjarak 300an meter dari rumah. Seperti biasa, minggu pagi tadi saya ke gereja bareng Mas Bojo dan duo anak lanang. Bedanya kami membawa daun palma/palem untuk perarakan dan diberkati.
Pada Minggu Palma, gereja tidak hanya mengenang peristiwa masuknya Yesus
ke kota Yerusalem melainkan juga mengenang akan kesengsaraan Yesus.
Oleh karena itu, Minggu Palma juga disebut sebagai Minggu Sengsara.
Dalam tradisi peribadahan gereja, setelah umat melakukan prosesi daun
palem (melambai-lambaikan daun palem), umat akan mendengarkan pembacaan
kisah-kisah sengsara Yesus yang diambil dari Injil.
Memang kisah-kisah
ini akan dibacakan ulang dalam liturgi Jumat Agung
tetapi pemaknaannya berbeda. Pembacaan kisah sengsara Yesus dalam
liturgi Minggu Palma dimaksudkan agar umat mengerti bahwa kemuliaan
Yesus bukan hanya terletak pada kejayaan-Nya memasuki Yerusalem
melainkan pada peristiwa kematian-Nya di kayu salib.
Begitupun kami umat Kalasan, mengikuti misa dengan perarakan yang dimulai dari belakang gereja. Di sana tempatnya lebih luas dan semua umat berkumpul disana. Jika biasanya umat mengikuti misa sambil duduk, di perayaan minggu palma, umat berdiri dan merasakan panasnya matahari esok tadi.
Ratusan umat melambai-lambaikan daun palma dan bernyanyi memuji nama Tuhan. Semua umat antusias dan mengikuti rangkaian ibadah dengan khitmad. Saya jadi teringat pas masih aktif di MUDIKA, saat paskah seperti ini sedang sibuk-sibuknya persiapan hari raya dan rutin latihan paduan suara dan tugas koor bersama teman-teman. Sedangkan sekarang, semenjak menikah dan punya duo anak lanang, saya belum sempet aktif lagi dalam tugas-tugas gereja. Sedih.
Arak-arakan diawali oleh umat, putra altar, prodiakon dan romo paroki. Yang memimpin misa kali ini adalah Romo Tatak sebagai romo paroki Kalasan. Dilanjutkan petugas koor dan umat. Rute yang dilalui terhitung dekat, jika dibandingkan dengan Gereja Jombor dekat rumah saya yang di Klaten. Arak-arakan di mulai dari gereja, keliling kampung di belakang gereja dan kembali ke gereja. Ya, lumayan bikin kaki pegel gaes. Tapi itu tak ada artinya di banding beratnya memikul salib Yesus.
Perarakan berakhir di gereja, umat dan para petugas memasuki gereja untuk kemudian misa dilanjutkan seperti biasa. Puncak dari sebuah perayaan bukanlah tentang perayaan itu sendiri. Tapi bagaimana diri kita sebagai pribadi berkomitmen untuk menjadi manusia baru yang lebih baik dan berguna bagi banyak orang.
Siapkah kamu menjadi garam dan terang dunia? Menjadi "berarti", menjadi inspirasi, menjadi teladan, atau setidaknya berguna bagi lingkunganmu.
Selamat merayakan pekan hari suci bagi kamu yang merayakannya.
Terimakasih sudah menuliskan artikel tentang kegiatan di Paroki kita tercinta. Kalau berkenan boleh sertakan link ke web resmi Gereja kalasan mbak hapsari, http://www.gerejakalasan.org. Berkah Dalem
BalasHapus