Pukul setengah tiga tepat saya keluar dari kantor dan berencana akan mampir ke salon deket rumah untuk potong rambut. Rambut saya sudah terlalu panjang, hampir melampau pinggang dan saya agak kerepotan untuk merawat.
Saya ada waktu agak selo cuma di hari Jumat, dimana saya bisa pulang kantor lebih awal. Di hari Senin sampai Kamis jam 5 saya baru nyampai rumah dan ngga tega untuk mampir-mampir lagi, keburu kangen ama duo anak lanang.
Tapi lagi-lagi rencana saya gagal. Sampai di depan kantor desa Timbulharjo saya harus menghentikan motor karena ada razia oleh polisi. Saya segera menepikan motor dan seorang polisi setengah baya meminta surat-surat saya. Sembari saya mengeluarkan STNK, Pak Polisi menanyakan saya dari mana dan saya jawab dari Pemda dan akan pulang ke Kalasan. STNK di periksa dan saya mencoba membuka-buka dompet dan mengeluarkan semua kartu untuk mencari SIM. Eh, ternyata SIM ketinggalan di rumah.
Pak Polisi kembali menanyakan SIM saya dan terpaksa saya jawab kalau ketinggalan di rumah. Kemudian datang seorang polisi yang masih muda dan mendengar pembicaraan kami jika saya tidak membawa SIM. Polisi muda meminta saya mengurusnya dulu dan turun dari motor. Tapi si Bapak Polisi yang lebih tua malah menyuruh saya untuk pulang saja dan lain kali jangan lupa membawa SIM.
Saya agak kaget dan mengucapkan terima kasih kepada Pak Polisi tadi. Saya lolos dari keharusan membayar denda. Segera saya tancap gas dan bernafas lega uang lima puluh ribu yang cuma selembar di dompet tidak berpindah tangan.
Kembali saya melanjutkan perjalanan yang masih setengah jam lagi sampai di rumah. Eh belum sampai sepuluh menit, motor tiba-tiba berhenti dan rantai motor saya lepas.Arrrghhhh. Jika ban bocor, motor masih bisa dituntun, tapi kalo rantai lepas dan masuk ke jari-jari ban. Motor sama sekali tidak bisa digerakkan dan hanya bisa dipindahkan dengan diangkat.
Saat saya berusaha mengangkat bagian belakang motor, seketika datang mas-mas membantu saya meminggirkan motor. Dia membawa motor saya ke bengkelnya dan saya meminta dia untuk memperbaiki motor. Sembari berdoa semoga saya tidak harus mengganti rantai karena cuma ada uang gocap di dompet.
Seperempat jam berlalu dan motor saya selesai diperbaiki. Dan ongkosnya pun cuma empat ribu rupiah. Sebagai balas jasa sekalian saya mengganti oli mesin, karena enggak enak kalau hanya membayar empat ribu rupiah saja.
Selagi menunggu motor selesai, saya merenung. Kenapa hari ini dua kejadian tidak menyenangkan terjadi pada saya. Kenapa cobaan datang menimpa saya?
Setelah saya pikir, itu semua bukan cobaan dari Tuhan, tapi murni kesalahan saya sendiri. Pertama, razia motor biasa terjadi dan bisa terjadi dimanapun dan pada siapapun. Jika kita mematuhi rambu, membawa surat-surat lengkap dan motor kita juga lengkap. Pasti saya tidak akan ditilang dan tidak perlu membayar denda. Begitupun dengan rusaknya motor. Motor saya sudah tua dan harus sering diservis secara rutin, tapi saya mengabaikan dan selalu menunda-nunda untuk menyerviskan motor. Bahkan, suara rantai yang berisik sudah terdengar selama seminggu ini tapi saya abai.
Saya pernah membaca suatu ayat di Alkitab, jika Tuhan tidak pernah memberikan cobaan. Tapi manusia sendiri yang menyebabkan cobaan itu datang. Dan memang benar kata ayat itu. Jika saya di tilang bukan karena polisi iseng, tapi saya yang tidak mlengkapi surat-surat. Motor macet bukan karena Tuhan memberi cobaan, tapi saya lalai dalam merawat motor.
Banyak hal yang membuat saya berpikiran Tuhanlah yang memberi cobaan. Tapi saya salah. Bisnis bangkrut bukanlah cobaan, tapi saya yang terlalu boros dan tidak bisa memanage uang pribadi dan uang bisnis, padahal bisnis lancar.
Tapi saya masih beruntung, Tuhan masih berbaik hati dan memberi keberuntungan pada saya hari ini. Polisi berbaik hati membiarkan saya berlalu tanpa denda, motor macet pas di depan bengkel dan pemiliknya baik hati membantu saya.
Terima kasih Tuhan sudah mengingatkan saya untuk menjalankan segala hal dengan baik dan berhenti menyalahkan Engkau atas cobaan yang datang. Terimakasih sudah menyadarkan saya, jika cobaan datang karena kesalahan yang kulakukan sendiri.
nah itu, kebanyakan orang menganggap peristiwa2 yang kurang menyenangkan adalah ujian dari Tuhan, padahal akibat dari kelalaiannya sendiri. hehe
BalasHapusBerbicara ujian dari Tuhan bisa jadi ujian yang sebenarnya adalah ketika kita sedang kaya, banyak rejeki. di situ kita bisa bersyukur atau malah sombong, hehe
Kalo menurut saya itu memang benar cobaan itu datang dari tuhan dengan cara apapun dan dimanapun, nice artikelnya mbak :)
BalasHapusSaatnya beli motor baru. Semoga Tuhan memberi banyak rejeki.
BalasHapusHidup harus ada cobaan dan masalah biar kita bisa belajar banyak ttg arti hidup dan memperbaikin kualitas hidup.
BalasHapusSaat kita matipun juga masih ada masalah dengan pertanyaan kubur dan siksa kubur
Cobaan datang dari Tuhan, menurutku sih. KAlau akibat perbuatan itu azab. maybe? :D
BalasHapusTuhan memberi kita 2 cobaan, cobaan suka dan cobaan duka. Kita kalau dikasih cobaan suka masih inget Tuhan gak sih? apa ingetnya pas lagi duka aja? Jangan sampai pas lagi duka kita menyalahkan Tuhan karena memberi cobaan yang berat
BalasHapusnice postingan mba