Klunting. Ada pesan whatsapp yang masuk ke hape saya. Ternyata pesan dari Guru Kelas jika di hari Senin anak-anak diminta membawa satu baju kotor dan satu hanger. Nggak usah heran mams. Ini udah ke sekian kalinya kok Nathan membawa baju kotor ke sekolah. Di kelas kecil dulu juga pernah membawa baju kotor tapi tanpa hanger.
Tentunya pemirsah bertanya-tanya ngapain coba ke sekolah bawa baju kotor? Bukannya ke sekolah tujuannya untuk belajar, tulis menulis, dibalik meja? Ups, itu kalau sekolah formal. Di TK Eksperimental Mangunan cara pembelajarannya memang beda. Itulah kenapa saya menyebutnya Sekolah Antimainstream
Baju kotor dan hanger itu bakal di cuci disekolah kemudian dijemur menggunakan hanger. Pelajaran di TK Eksperimental Mangunan dibagi pertema kemudian sub tema. Untuk tema Pakaianku anak-anak diajak untuk belajar mencuci baju. Pantes, Nathan sering banget kalau pas mandi kaos dalemnya dikucek-kucek sendiri, bikin mandi nggak kelar-kelar.
Nggak takut basah dan kotor?
Yah lumayan lah, anak saya yang dulunya takut air sekarang sudah demen main air. Di sekolah juga sering pelajaran basah-basahan. Hahaha.
Pelajaran lain yang agak rempong yaitu masak bersama. Anak dibagi beberapa kelompok, ada yang membuat jus, ada kelompok yang memasak sayur dan ada kelompok yang menggoreng lauk. Anak-anak TK itu jadi paham proses memasak tapi tetap dalam pengawasan ketat guru. Tahu sendiri api kan berbahaya mam.
Sampai sekarang Nathan enjoy banget bersekolah di Mangunan. Pelajaran di sekolah tidak melulu duduk di balik meja, mendengarkan penjelasan guru dari pagi hingga siang.
Jujur saya sangat mengapresiasi aneka mode pelajaran yang diberikan di TK Mangunan. Jelas sangat berbeda dengan pelajaran saat saya TK dulu, bahkan sekarang pun masih banyak TK yang model pendidikannya seperti saya dulu. Saat saya cerita berbagai kegiatan di TK Eksperimental Mangunan mereka malah heran.
Pendidikan jelas bukan tentang kecerdasan apalagi hanya ilmu eksakta. Ketrampilan lain juga sangat penting diajarkan sejak dini, apalagi jika kita sebagai orang tua sudah terlalu sibuk. Saya mempunyai teman yang anak-anaknya pintar-pintar. Sekolah di sekolah favorit dengan nilai UN yang selalu tinggi. Masuk di perguruan tinggi favorit juga. Tapi saya kasihan dengan keluhan dia. Saat OSPEK bapaknya yang sibuk wara-wiri nyari perlengkapan OSPEK yang cenderung susah dicari sedang si anak enak-enak di rumah. Dia juga bercerita pusing lihat rumah berantakan karena saat pagi mau berangkat sekolah di kamar anak masih ada piring bekas sarapan belum lagi tissu yang tersebar dimana-mana. Jelas saya heran, saya yang sejak kecil diajarin semua pekerjaan rumah tangga hanya terkagum-kagum ada anak yang seperti itu.
Jelas bagi saya, kecerdasan tidak berbanding lurus dengan attitude mereka. Jadi, penting mana kececerdasan dan mengejar nilai akademik dibanding karakter anak yang baik?
Saya jadi ingat wejangan Bapak Asisten Sumberdaya di apel Senin pagi yang lalu bahwa ada penelitian tentang pentingnya akhlak yang baik. Penelitian ini menjelaskan jika perubahan dunia ini membutuhkan 20 % orang pintar dan 80% orang yang baik. Orang pintar memang diperlukan tapi orang baik yang lebih banyak yg lebih diperlukan.
Jujur saya sangat mengapresiasi aneka mode pelajaran yang diberikan di TK Mangunan. Jelas sangat berbeda dengan pelajaran saat saya TK dulu, bahkan sekarang pun masih banyak TK yang model pendidikannya seperti saya dulu. Saat saya cerita berbagai kegiatan di TK Eksperimental Mangunan mereka malah heran.
Pendidikan jelas bukan tentang kecerdasan apalagi hanya ilmu eksakta. Ketrampilan lain juga sangat penting diajarkan sejak dini, apalagi jika kita sebagai orang tua sudah terlalu sibuk. Saya mempunyai teman yang anak-anaknya pintar-pintar. Sekolah di sekolah favorit dengan nilai UN yang selalu tinggi. Masuk di perguruan tinggi favorit juga. Tapi saya kasihan dengan keluhan dia. Saat OSPEK bapaknya yang sibuk wara-wiri nyari perlengkapan OSPEK yang cenderung susah dicari sedang si anak enak-enak di rumah. Dia juga bercerita pusing lihat rumah berantakan karena saat pagi mau berangkat sekolah di kamar anak masih ada piring bekas sarapan belum lagi tissu yang tersebar dimana-mana. Jelas saya heran, saya yang sejak kecil diajarin semua pekerjaan rumah tangga hanya terkagum-kagum ada anak yang seperti itu.
Jelas bagi saya, kecerdasan tidak berbanding lurus dengan attitude mereka. Jadi, penting mana kececerdasan dan mengejar nilai akademik dibanding karakter anak yang baik?
Saya jadi ingat wejangan Bapak Asisten Sumberdaya di apel Senin pagi yang lalu bahwa ada penelitian tentang pentingnya akhlak yang baik. Penelitian ini menjelaskan jika perubahan dunia ini membutuhkan 20 % orang pintar dan 80% orang yang baik. Orang pintar memang diperlukan tapi orang baik yang lebih banyak yg lebih diperlukan.
Baca juga : Kegiatan Unik di TK Mangunan
Mengajarkan kemandirian ya mbak. Menjadi bekal untuknya. Smg Mas Nathan makin mandiri. Amin YRA.
BalasHapusSama kaya di tk anak saya ;)
BalasHapusBagus sih, anak-anak TK dilatih punya karakter bersih sejak dini. Jaman saya dulu pendidikan kayak gitu mana ada *curcol
BalasHapuspelajaran yang mendidik akan kedisiplinan banget ni, karena banyak anak jaman sekarang yang tidak mau membantu pekerjaan orang tua dirumah
BalasHapus