Banyak pengusaha yang ingin meraih
kesuksesan seperti Sukanto Tanoto. Ia mampu menjadi salah satu pebisnis paling berhasil di
Indonesia bersama Royal Golden Eagle (RGE). Namun, jika melihat bidang bisnis
yang ditekuninya, belum tentu banyak yang mau menekuninya.
Lahir di Belawan pada 25 Desember
1949, Sukanto Tanoto besar dalam
lingkungan keluarga sederhana sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara.
Jejak langkahnya sebagai pebisnis
memang melesat bersama Royal Golden Eagle yang didirikannya. Namun, sebelumnya
ia sudah lebih dulu menjadi pengusaha sejak usia muda.
Pada usia 17 tahun, Sukanto Tanoto sudah harus mengelola
toko milik keluarganya karena ayahnya sakit keras. Ia berjualan onderdil mobil,
bensin, dan minyak di Medan. Kegiatan itu dilakukannya untuk menyambung hidup.
Saat itu, Sukanto Tanoto sudah tidak bersekolah karena
sekolahnya ditutup akibat peristiwa G30S. Kondisi itu makin membuatnya serius
menekuni usaha keluarganya.
Akan tetapi, kesempatan untuk memulai
bisnis sendiri akhirnya hadir bagi Sukanto
Tanoto. Ia mendapat tawaran untuk menjadi general contractor and supplier bagi industri perminyakan. Peluang
itu segera disambarnya.
Sejak saat itu, wawasan bisnis Sukanto Tanoto semakin luas. Ini
membuatnya berani mendirikan Royal Golden Eagle pada 1973 dengan nama awal Raja
Garuda Mas. Perusahaan inilah yang akhirnya meroketkan namanya sebagai salah satu
pengusaha tersukses di Indonesia.
Tengok saja posisi RGE sekarang.
Mereka tercatat sebagai korporasi global dengan anak perusahaan dan cabang di
berbagai negara seperti Singapura, Filipina, Tiongkok, Brasil, serta Kanada.
Asetnya pun mencapai 18 miliar dolar Amerika Serikat dengan karyawan 60 ribu
orang.
Tentu banyak yang memiliki perusahaan
sebesar itu. Namun, bisa dipastikan belum tentu banyak yang mau menjalaninya
dari nol seperti Sukanto Tanoto.
RGE dikenal sebagai perusahaan dengan
basis pemanfaatan sumber daya alam. Mereka mengolah hasil bumi secara
bertanggung jawab dan berkelanjutan menjadi produk-produk bermanfaat dengan
nilai ekonomis tinggi. Namun, Sukanto Tanoto menyebut bidang bisnis yang
ditekuninya sebenarnya sederhana.
“Dalam tiga bidang bisnis utama yang
saya geluti, bahan dasar utamanya adalah karbon dioksida, sinar matahari, dan
air. Saya menanam pohon. Ini bisnis terbaik tapi belum tentu cocok untuk semua
orang,” ucapnya.
Bersama RGE, Sukanto Tanoto memang menggeluti agrikultur. Ia membuat perkebunan
dan memanfaatkan hasilnya sebagai bahan baku produk. Ini dilakukannya di
industri pulp and paper, kelapa
sawit, serta selulosa. Anak-anak perusahaan RGE menanam pohon untuk diambil
kayu atau buahnya sebagai material dasar produksi.
Bisnis ini dinilai sangat simpel. Sukanto Tanoto menggambarkannya dengan
sederhana. “Ada karbon dioksida yang diserap, fotosintesis, air, tanah yang
subur, serta pekerja yang bagus, dan oksigen dilepas. Anda sudah membuat
produk. Inilah bisnis yang saya tekuni. Produk-produknya sanggup memengaruhi
kehidupan manusia sehari-hari,” ujar Chairman
RGE tersebut.
Sepintas, bidang bisnis yang digeluti
Sukanto Tanoto terlihat mudah.
Namun, ia ragu banyak orang yang menjalaninya. Sebab, memutar perusahaan
berbasis pemanfaatan sumber daya alam membutuhkan kesabaran ekstra.
Lihat saja, hasil dalam mengelola
usaha tidak langsung terlihat. Dalam industri kelapa sawit misalnya. Pengusaha
harus mau mengolah lahan dulu untuk dijadikan perkebunan. Sesudah siap, pohon
ditanami dan ditunggu berbuah terlebih dulu.
Saat menunggu masa panen pun bukan
waktu cepat. Biasanya kelapa sawit baru bisa dipanen setelah tiga tahun
ditanam. Kondisi serupa juga dialami dalam industri pulp and paper. Untuk membuat produk, pengusaha mesti sabar
menunggu hingga 5 tahun sampai kayu di pohon bisa dipanen.
“Jika ingin mendapat pengembalian
modal atau keuntungan dengan cepat, ini bisnis yang salah untuk Anda,” kata Sukanto Tanoto.
PIONIR DI
INDONESIA
Oleh karena itu, dulu sangat jarang
orang Indonesia yang mau menekuni bidang perkebunan. Namun, Sukanto Tanoto mau saja menerjuninya
sebelum orang lain melangkah. Visi bisnisnya yang tajam mampu melihat bahwa
asalkan mau bersabar, pemanfaatan sumber daya alam bisa menjadi bidang industri
yang menggiurkan.
Tidak mengherankan Sukanto Tanoto termasuk pionir dalam
berbagai jenis industri berbasis pemanfaatan sumber daya alam di negeri kita.
Ia yang merintis kehadiran pabrik kayu lapis di Indonesia.
Selain itu, Sukanto Tanoto pula yang mengembangkan industri
kelapa sawit di Indonesia. Ia memutuskan menerjuninya sesudah melihat
perkembangan perkebunan kelapa sawit di Malaysia.
Pertama kali dibuka, banyak yang
meragukan keberhasilan pabrik kelapa sawitnya. Namun, saat ini, RGE berhasil
sukses di bidang tersebut dengan dua anak perusahaan, yakni Asian Agri dan
Apical.
Bidang industri lain yang dipelopori
oleh Sukanto Tanoto adalah pulp dan
kertas. Ia segera membuka pabriknya di Indonesia setelah melihat kesuksesan
Finlandia di industri tersebut. Padahal, iklim di Finlandia adalah subtropis
sehingga memerlukan waktu puluhan tahun untuk menumbuhkan pohon.
Lagi-lagi keputusannya terbukti
tepat. Industri pulp and paper di
Indonesia berkembang pesat. Keunggulan kompetitif berupa iklim tropis yang
bersahabat bagi pohon menjadi kunci. Anak perusahaan RGE yang bergerak di
industri tersebut, Grup APRIL, tumbuh sebagai salah satu pemain penting di
Asia.
Kesuksesan itu akhirnya membuat
banyak orang mulai berani menekuni industri pemanfaatan sumber daya alam.
Namun, hal itu tidak membuat Sukanto Tanoto
gusar. Ia tetap tenang karena sudah lebih dulu berkecimpung di sana sehingga
punya pengalaman lebih panjang.
“Strategy
competition saya itu satu dua step
sebelum orang mengerjakannya,” kata Sukanto Tanoto.
Pernyataannya tepat. Menekuni
industri sumber daya alam seperti dirinya memang belum tentu cocok bagi setiap
orang. Kesabaran dan ketelatenan harus dimiliki.
Selain itu, kontrol terhadap roda
perusahaan mesti dijalankan secara intensif. Sukanto Tanoto rela melakukannya. Setiap hari ia membawa buku
catatan ke mana saja. Hal itu dilakukannya agar ia selalu tahu perkembangan RGE
dengan baik.
Bukan hanya itu, perlindungan
lingkungan juga harus menjadi bagian integral dalam operasional perusahaan.
Sebab, jika alam rusak, bukan hanya perusahaan yang akan terkena dampak
negatif, manusia secara umum juga akan merasakan kerugian.
Terkait ini, harus diakui, belum
semua pihak mau melakukannya. Namun, berbeda dengan Sukanto Tanoto. Ia konsisten melakukan perlindungan lingkungan demi
masa depan perusahaannya dan kehidupan manusia.
"Saya selalu percaya bahwa
perlindungan lingkungan seharusnya tidak menjadi beban bagi perusahaan. Tapi
justru menjadi sebuah sumber daya yang kaya bagi perusahaan sepanjang hal itu
dilakukan dengan perilaku yang baik dan komprehensif. Saya akan mengeluarkan
uang untuk proteksi lingkungan, serta melakukan riset dan mengkajinya,"
kata Sukanto Tanoto.
Beragam langkah ini mesti dilakukan
jika ingin sukses di industri berbasis sumber daya alam. Tidak mudah, namun
jika dilakukan dengan baik memang akan menghasilkan kesuksesan.
Inilah yang dilakukan oleh Sukanto Tanoto bersama RGE. Tidak
heran, perusahaannya itu kini berkembang menjadi salah satu korporasi global
yang disegani di dunia.
Komentar
Posting Komentar
Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)