Saya hirup O2 sebanyak-banyaknya. Memandang pepohonan yang menjulang tinggi dengan daunnya yang rimbun. Ingin rasanya duduk selonjoran di rumput hijau, hingga seseorang menyapa saya dan mempersilakan masuk ke ruang tamu.
Memasuki kompleks Percetakan Kanisius sejenak membuat saya lupa jika sedang berada di tengah kota Yogyakarta. Hiruk pikuk jalanan tak terdengar, yang terdengar bunyi cuitan burung dan kepak sayap burung yang terbang dari sarang burung di pohon beringin.
Ditemani Ibu Christin Natalia saya berkeliling kompleks percetakan Kanisius.Jujur saya kagum dengan perusahaan ini, karena memiliki ruang terbuka hijau yang luas sehingga bisa menjadi lumbung oksigen bagi karyawan di percetakaan Kanisius bahkan bagi masyarakat disekitar kantor.
Perusahaan dengan Jiwa Holistik
Setiap industri pasti menghasilkan residu atas pengolahan barang mentah menjadi barang jadi, begitupula dengan PT. Kanisius yang merupakan industri yang bergerak dibidang percetakan. Tentunya operasional di industri ini juga menghasilkan limbah, dari limbah padat seperti kertas, limbah cair serta limbah bahan berbahaya dan beracun.
Saat berkeliling bersama mbak Christin saya jadi tahu pengolahan limbah di PT. Kanisius baik itu yang Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta limbah cair. Untuk limbah cair, sejak tahun 2010 PT. Kanisius sudah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang bisa mengolah air limbah dari cucian mesin cetak menjadi air yang bisa dipergunakan lagi untuk operasional. Hemat air 'kan?
Tempat pengolahan limbah cair |
Hasil residu limbah cair yang sudah diendapkan |
Limbah cair yang tidak diolah dulu tetapi langsung dibuang di sungai sangat berbahaya, PT. Kanisius satu-satunya perusahaan di bidang percetakan di Jogja yang sudah bisa mengolah air limbah sendiri, perusahaan lain masih membuang limbah cair di sungai, meski air sudah diolah agar aman bagi lingkungan.
Hasil dari pengolahan air limbah bisa mencukupi keperluan cuci plate dan roll cetak, sehingga mengurangi konsumsi air tanah yang persediaannya makin menipis. PT. Kanisius telah menerapkan prinsip 3R (recycle, reuse, reduce).
Untuk limbah bahan berbahaya dan beracun tidak dibuang sembarangan tetapi dikumpulkan dulu di tempat pembuangan akhir, dan setiap sebulan sekali sampah tersebut akan diambil oleh pengelola sampah yang bersertifikasi. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah mengenai pengolakahn LB3 melalui PP No. 101 tahun 2014, peraturana tersebut mengatur tentang bagaimana LB3 dikelola dengan dokumen sah, pengangkutan yang tersistem, serta tempat pengolahan dan pemanfaatan yang terstandarisasi. yang termasuk dalam Limbah Bahan berbahaya dan beracun dari PT. Kanisius adalah kaca, tinta dan lap tinta.
Keseriusan PT. Kanisius yang concern terhadapan pengelolaan lingkungan , lahan terbuka hijau lebih besar dari bangunan untuk penyerapan air tanah, produksi O2 yang lebih banyak, keanekaragaman hayati terjaga, ada tupai, sumur resapan lima belas, resapan air hujan sehingga menyimpan cadangan air makin banyak, area sekitar Kanisius terjaga sumber airnya. Untuk pohon-pohon di lingkungan PT. Kanisius juga dicek kesehatannya lho, agar bisa terdeteksi jika ada pohon yang sakit.
Teman-teman, kepedulian yang besar pada lingkungan juga terfokus pada energi. PT. Kanisius memakai lampu LED dan pemasangan MCB sebagai pilihan efisiensi energi. Bahkan saat mati lampu produksi berhenti karena diesel menggunakan bahan bakar yang menghasilkan emisi udara dan menyebabkan polusi, kerjasama dengan PLN ada pemberitahuan akan mati lampu kapan dan berapa jam listrik akan dipadamkan sehingga kantor bisa membuat jadwal yang disesuaikan bagi karyawan.
Apresiasi sebesar-besarnya bagi PT. Kanisius yang turut menjaga bumi dengan menjadi industri yang ramah lingkungan. Pengolahan IPAL yang bisa menghemat air tanah, tidak merusak alam dengan membuang LB3 sesuai dengan peraturan, memiliki ruang terbuka hijau yang luas dan tidak menghasilkan polusi udara. Tentunya ini bisa menjadi contoh bagi industri lain khususnya yang bergerak dibidang percetakan. Bahkan, kita sendiri bisa turut andil menjaga bumi ini dengan membuang sampah pada tempatnya, mengurangi pemakaian plastik dan hemat menggunakan energi. Semoga bumi makin lestari, demi anak cucu kita.
Salam Lestari.
Nemu tulisan Mbak Prima yang keren
BalasHapus