1:48 WIB.
Masih terjaga sendirian. Tak biasanya kelopak mata masih terbuka, ketika yang lain sudah terlelap dalam buaian mimpi.
Secangkir kopi memang mampu menahan kantuk datang. Sebungkus neskape, sedikit gula merah, bersatu dengan air panas dalam cangkir bermotif emas, kado seorang kerabat satu dekade yang lalu. Tak lupa sepertiganya adalah susu full cream. Sebuah perpaduan surgawi. Bagiku.
***
Spotify masih memanjakan telingaku.
Dimulai dari Beranjak Dewasanya Nadin, berlanjut Mata Air Mata Rubah Di Selatan, Tuhan Sebut Sia-Sianya Amigdala hingga sebuah lagu yang baru pertama ini aku dengar. Rasa-rasanya lagu-lagu Kunto Aji sudah masuk di playlistku, kenapa masih terlewat lagu sedalam ini?
Cukupkanlah ikatanmu, relakanlah yang tak seharusnya untukmu
yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri
Sejenak, jari-jariku berhenti menari di atas keyboard laptop. Mendengarkan dengan seksama, kata demi kata. Sebuah lagu tanpa intro. Hanya refrain berulang. Lagu dengan kalimat pertama berulang sebanyak lima kali dan ditutup dengan kalimat lirik terakhir.
Ku ulang berkali-kali lagu Sulung-nya Kunto Aji. Lagu yang terlalu apik dan hanya berdurasi 115 detik. Rasanya nggak puas, setengah menggantung.
Too short. Sebuah lagu kebanyakan berdurasi antara 3,5 menit hingga 5 menitan. Tapi tak masalah. Jika kurang puas tinggal reply again and again bukan?
But, the point is not a duration. This song really touched my heart.
Tak kusangka mendapat kado yang "cukup". Meski tak disangka. Lagu ini menjadi hadiah di malam berkurangnya jatah umurku di bumi. Sebuah angka yang menunjukkan "kedewasaan". Sebuah angka yang membuatku merasa berwajah tante-tante, meski masih "denial" dan lebih suka dipanggil mbak bahkan bahagia jika dipanggil nduk.
Meski kenyataannya aku sudah dipanggil bude oleh 4 ponakan yang super cute.
Bude, sebuah panggilan yang menyiratkan dengan jelas tentang seorang kakak. Anak yang lebih besar. Atau bahkan yang paling besar. Pertama. Sulung.
Lagu Sulungnya Kunto Aji bagai sebuah nasehat. Bukan. Bukan sekedar nasehat. Sebuah pengingat. Sesuatu yang mampu menguatkan hati. Mungkin bisa juga menyembuhkan luka hati. Bagi yang pernah terluka. Aku sendiri tak merasa punya luka. Yah, hanya sedikit lubang-lubang kekecewaan.
Yang berlubang karena "sok merasa rapuh" dan "sok merasa nggak kuat" padahal aku kuat. Atau malah terbaik. Hahahaha.
Hanya hati yang sedikit keropos karena dimakan sendiri
Bukan juga lubang yang mengangga karena ditikam orang lain. Aku bersyukur dikelilingi banyak orang yang menyayangi dan mencintai. Rasanya tak ada orang jahat yang sesungguhnya atau jahat yang berpura-pura yang tega menyakitiku.
Tapi,
Banyak hal yang belum kulakukan.
Masih menjadi manusia yang biasa-biasa saja.
Perjuangan yang rasanya tak terlihat.
Hidup yang seperti itu-itu saja.
Hati yang masih diliputi racun-racun.
Kekecewaan yang diluar kuasaku
Bahkan hal yang ternyata luput jauh dari harapan.
Sebuah kegagalan menjadi Si Sulung.
***
Cukupkanlah ikatanmu, relakanlah yang tak seharusnya untukmu
yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri
Sepertinya kado terindah setelah tiga puluh tujuh tahun aku menikmati kehidupan yang nyaman, tenang dan hidup yang baik-baik saja adalah lagu Sulung. Memutarnya berulang hingga berulang kali. Dengan mata terpejam. Suara desir angin lautan membawaku berada di tepi dermaga. Duduk di tepian dermaga. Sendiri. Hanya berkawan matahari yang beranjak beristirahat dan perahu kecil di kejauhan.
Senja mulai datang meski belum sepenuhnya gelap. Angin makin kencang , membuat pipiku makin dingin. Memandang jauh ke lautan yang seperti tak ada akhir. Kakiku tak henti bergoyang, menendang udara. Sesekali cipratan air mengenai kaki. Basah. Dinginnya menyegarkan. Mengantarkan ke dunia nyata.
Aku tak perlu berpikir yang lebih dari seharusnya
Hidup dalam harap yang kerap hadir dalam ketidakhadiran
Tak perlu kelelahan menggapai impian yang terkadang membuat jatuh karena tak mampu menggapainya
Tenggelam dalam kekecewaan
Atau hanyut dalam pusaran ketidakyakinan.
aku hanya perlu mendengarkan mantra Si Sulung
***
Lagu Sulung menyadarkanku jika selelah apapun aku merangkul,
hanya itulah jangkauanku,
aku tak mampu merangkul semuanya,
ada hal-hal yang aku tak perlu bertanya,
meski berharap semesta bisa menjawabnya
***
Selamat pagi semesta.
Untuk kalian para sulung, jika bahumu memberat, rentangkan tanganmu, seluas mungkin,
agar beban berat terbang bersama angin,
semoga tanggung jawab dan bebanmu mudah diemban,
air matamu bukanlah air mata lelah tapi mengalirnya air cinta,
jika belum bisa melepaskan sesuatu, dengarkan mantra Sulung, pejamkan mata agar ikhlas
relakanlah yang tak seharusnya untukmu
jangan lupa untuk menjaga dirimu sendiri
buatlah bahagia untukmu juga
meski aku sendiri belum bisa menyelesaikan unfinished bussiness,
cukupnya ikatanku mungkin seperti ini dulu, masih agak sesak, tak apa
semoga tahun depan bisa lebih cukup.
Ciayo.
Terimakasih Kunto Aji, bait sindiranmu adalah mantra penguat hati. Laff.
Aku termasuk telat menikmati musik-musik, Kunto Aji. Perlu waktu untuk memahami dan menyelami nada khasnya :)
BalasHapusAku termasuk cukup telat menikmati musik-musik Kunto Aji. Bagiku, perlu waktu untuk memahami dan menyelami lirik dan nadanya yang khas :)
BalasHapusHabis ultah ternyata. HBD ya mbak prim, Gusti tansah mberkahi 🙏😊
BalasHapusLagunya enak banget didengar
BalasHapus